Cara Merawat Anakan Burung Gereja. Akan lebih baik kalau kita
memelihara burung gereja dari semenjak anakan yang masih diloloh, karena
nantinya akan lebih jinak di banding dengan hasil tangkapan dewasa. Walaupun
meloloh sendiri anakan burung gereja termasuk gampang – gampang susah. Bahan
lolohan bisa kita buat sendiri dengan mencampur pur Ronggolawe yang sudah
dihaluskan, kroto atau kuning telur rebus dan air matang. Semua bahan dicampur
hingga rata tetapi harus agak kental lalu campurkan beberapa tetes Ebod Vit ke
dalam adonan tersebut, supaya anakan tumbuh cepat dan sehat. Selama masa loloh
anakan gereja bias di berikan EF berupa jangkrik kecil yang sudah di buang
bagian kepala dan kaki-kaki nya. Jika burung sudah bisa makan sendiri, pakan di
campur bijian milet, canary seed, jawawut, dan beras merah. ( akan lebih baik
bila diberikan pakan Ebod Canary, karena selain bahan – bahan nya hasil
pilihan. Juga sudah mengandung berbagai unsur nutrisi dan juga vitamin). Akan
lebih baik jika kita memlihara beberapa ekor burung gereja jantan, sehingga
ketika disandingkan bisa mengeluarkan suara kicauan gereja tarung. Ali Garut – Jurnalis Tabloid
Ronggolawe
Saat ini khususnya di wilayah perkotaan,sulit
menjumpai keberadaan satwa-satwa liar seperti burung, kecuali di taman-taman
kota yang terjaga dan terlindungi. Tetapi setidaknya masih ada jenis burung
yang dengan mudah masih bisa dilihat sehari-hari di permukiman, seperti di
halaman rumah, atau di tembok teras rumah. Jenis burung itu disebut burung
gereja. Keberadaan burung ini mengalahkan keberadaan burung merpati. Yang
selama ini seakan burung merpati yang bisa berdamai dalam kehidupan sehari-hari
manusia, karena bisa dipelihara dengan dilepas tanpa harus dikurung. Tetapi
sebagai penyandang predikat simbol perdamaian dan kesetiaan. Ironinya, burung
merpati kerap menimbulkan masalah, karena tidak berdamai dalam lingkungan
kehidupan manusia, lantaran kotorannya yang menimpa jemuran, dan menyebar di
genting rumah, sering menciptakan disharmoni hubungan antar tetangga yang
terganggu dengan beraknya yang berada dimana-mana. Belum lagi suara dekuran
pejantan yang sedang birahi yang tak akan berhenti sampai si betina menyerah,
suaranya berisik dan mengganggu. Belum lagi burung merpati kini dimanfaatkan
sebagai alat judi adu pacu. Walau toh pada akhirnya merpati-merpati sebagian
ada yang berakhir di penggorengan.
Burung gereja termasuk dalam ordo passeriformesdari family
ploceidae. Ada burung gereja jenis house sparrow atau passer
domesticus, dan eurasian tree sparrow atau passer
montanus. Untuk jenis yang belakangan, habitatnya ada di area ketinggian
seperti pepohonan serta lahan tak berpenghuni, juga tak jarang tidak berbeda
habitatnya dengan house sparrow, yang berada di lingkungan
penduduk.
Entahlah kenapa sampai dinamakan burung
gereja. Barangkali lantaran burung ini sering terlihat membangun sarang di
bawah atap genting gereja, atau dalam celah dan lubang bangunan gereja.
Barangkali di gerejalah burung-burung ini merasa nyaman dan tidak terancam
keberadaannya dari tangan-tangan iseng manusia. Keberadaannya di gereja
sekalipun membangun sarang pada piringan lampu di langit-langit gereja, tak
pernah menjadi gangguan maupun terganggu setiap kali ada upacara kebhaktian.
Seakan mencerminkan hubungan yang harmoni dalam kehidupan semua mahluk di alam
ini. Masing-masing punya hak untuk melanjutkan hidup dan segala kegiatannya
tanpa saling mengusik apalagi merugikan.
Namun akan menjadi berbeda, bila
burung-burung ini membangun sarang di bawah lubang genting rumah-rumah
penduduk. Bila tidak jauh dari permukaan tanah dalam membuat sarang untuk menempatkan
jumlah telur antara 3-5 butir, atau bayinya. Akan terancam, tidak hanya oleh
batang galah anak-anak, tetapi juga dari hewan yang ada di lingkungan manusia
seperti kucing, atau tikus.
Kenapa disebut burung gereja, bukannya
disebut burung hotel, atau burung vihara, atau burung kuil, burung rumah atau
sebutan lainnya. Pada kenyataannya, burung ini merasa aman bila membangun
sarang pada sela-sela dan lubang di bangunan gereja, atau merasa tidak terusik
sekalipun membangun sarang di antara dedaunan cemara dan setiap tanaman yang
berada dalam lingkungan di lahan gereja, yang penting jauh dari tanah agar
terhindar dari sergapan predator seperti kucing.
Burung ini juga bukan burung yang rapuh,
tidak seperti merpati yang bergantung pada makanan yang disediakan manusia.
Burung gereja hanya mengais dari sisa-sisa makanan yang terserak di atas tanah,
atau sisa nasi yang dijemur di atas genting, yang mereka anggap sengaja
diletakkan, seakan disediakan buat mereka.
Keberadaan burung gereja tak mengganggu
kehidupan manusia apalagi menjadi ancaman. Tubuhnya yang kecil dengan panjang
berkisar 14,5 cm. Dengan bulu berwarna putih gelap dengan bercak coklat dan
hitam. Serta suara yang meracau datar tidak keras dan tidak menarik. Adalah hal
yang membuat manusia tak menarik untuk memeliharanya, apalagi diternak yang
mempunyai nilai ekonomi. Tetapi meskipun demikian, sesungguhnya yang ada pada
burung gereja tersebut, yang berbeda dengan burung jenis lain yang memiliki
nilai ekonomi bagi sebagian manusia lantaran kicauan, warna bulu serta
kelangkaannya, justru merupakan pertahanan alami yang ada padanya.
Clossing artikelnya keren. Salam kenal.
BalasHapusArtikelnya menambah wawasan untuk pemula seperti saya, sehat dan sukses selalu. Amin
BalasHapus